Pembelajaran Berdiferensiasi

 

 


Setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama
maka perlu dilakukan pembelajaran Pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar

Kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi misalnya ketika proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum, guru memberikan beragam kegiatan sehingga murid dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari.

Beberapa hal yang dilakukan guru untuk melaksanakan pembelajaran berdeferensiasi misalnya

  1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar untuk mengetahui hal tersebut bisa dilakukan dengan  wawancara, pengamatan, atau survey menggunakan angket.
  2. Merencanakan berdasarkan hasil pemetaan misalnya dengan mempersiapkan RPP, metode dan media pembelelajaran
  3. Mengevaluasi dan merefleksi proses pembelajaran.

Terdapat tiga strategi diferensiasi dalam pembelajaran diantaranya :

1.     Direfensiasi konten

Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada murid. Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid.

2.     Diferensiasi proses

Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari.

3.     Diferensiasi produk

Produk adalah hasil pekerjaan siswa setelah selesai pembelajran

Gaya Belajar Siswa

 





Setiap siswa adalah unik, dari tiap tiap mereka memiliki gaya belajar masing-masing. Gaya belajar tersebut dapat dikelompokan menjadi 

1. Gaya belajar Audiotori adalah model di mana seseorang lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan

2. Gaya belajar Visual pembelajar dengan menyerap informasi dan belajar dari apa yang dilihat oleh mata.

3. Gaya belajar Kinestetik pembelajar yang menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik

Berpijak dari gaya belajar tersebut lalu apa ciri masing-masing? Berikut ini kami uraikan ke 3 ciri gaya belajar tersebut :

Ciri gaya belajar Audiotori :

1.      Lebih cepat menyerap informasi dengan mendengarkan 

2.      Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca 

3.      Senang membaca dengan keras dan mendengarkan 

4.      Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara. 

5.      Bagus dalam berbicara dan bercerita 

6.      Berbicara dengan irama yang terpola 

7.      Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat 

8.      Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar 

9.      Suka musik dan bernyanyi 

10.  Tidak bisa diam dalam waktu lama 

11.  Suka mengerjakan tugas kelompok

 

Ciri gaya belajar Visual:

1.      Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar.

2.      Suka mencoret-coret sesuatu,

3.      Lebih suka membaca daripada dibacakan 

4.      Rapi dan teratur 

5.      Mementingkan penampilan

6.      Teliti terhadap detail 

7.      Lebih memahami gambar dan bagan daripada instruksi tertulis 

 

Ciri Gaya belajar Kinestetik :

1.      Selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak 

2.      Menanggapi perhatian fisik 

3.      Suka menggunakan berbagai peralatan dan media 

4.      Belajar melalui praktek

5.      Banyak menggunakan isyarat tubuh 

6.      Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama 

7.      Menyukai buku-buku yang berorientasi pada cerita 

8.      Kemungkinan tulisannya jelek 

9.      Ingin melakukan segala sesuatu 

10.  Menyukai permainan dan olah raga.

 

Diolah dari berbagai sumber

 

 

 

 

 

 

Menciptakan Budaya Positif Melalui Kesepakatan Kelas

 


Pembentukan karakter bagi peserta didik sangalah penting. Proses pembelajaran tidak hanya transfer ilmu secara teori akan tetapi lebih pada penanaman karakter siswa. Karakter positif sangat di harapkan dapat tertanam pada diri siswa. Pembiasaaan -pembiasaan positif pada peserta didik akan menjadi sebuah karakter yang positif. Dari karakter- karakter positif tersebut nantinya akan menjadi sebuah budaya yaitu budaya positif.

Budaya positif disekolah dapat dimulai melalui budaya positif kelas, budaya positif di kelas dapat dimunculkan melalui kesepakatan kelas.

Adapun langkah-langkah dalam membuat kesepakatan kelas sebagai berikut:

  1. Guru mengkondisikan kelas
  2. Setiap siswa dapat mengemukakan ide, impian, keinginan dan harapan mereka.
  3. Siswa dapat  mencurahkan kondisi ideal kelas yang mereka impikan.
  4. Siswa menuliskan kelas impian dan harapan mereka dalam kertas.
  5. Setiap siswa menempelkan kertas berisi kelas impian mereka
  6. Siswa bersama guru membahas impian-impian setiap peserta didik dan mencari kesamaannya.
  7. Guru dan siswa menyepakati impian yang dianggap urgen untuk dijadikan kesepakatan kelas.